SAMARINDA — Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Yenni Eviliana, menyoroti masih adanya bias gender di ruang redaksi media massa. Menurutnya, perempuan kerap dipandang sebatas pelengkap, bukan sebagai pengambil keputusan strategis.
“Persoalannya bukan hanya soal jumlah perempuan yang bekerja di media, tetapi juga seberapa besar pengaruh mereka dalam menentukan arah pemberitaan,” ujar Yenni.
Ia mengkritisi dominasi laki-laki di jajaran manajerial redaksi yang mempersempit peluang perempuan tampil sebagai aktor utama. Yenni menilai budaya patriarkal dan stereotip gender masih menjadi hambatan sistemik bagi perempuan untuk menempati posisi strategis di dunia jurnalistik.
“Ketika ruang redaksi minim perspektif perempuan, jangan heran jika isu-isu perempuan sering terpinggirkan atau disampaikan dengan bias,” tambahnya.
Yenni menekankan peran vital media dalam membentuk opini publik. Ketimpangan gender di balik layar, menurutnya, berdampak langsung terhadap kualitas narasi publik yang tersaji di masyarakat.
Sebagai langkah konkret, ia mendorong sinergi antara perusahaan media, institusi pendidikan jurnalistik, dan pemerintah daerah. Bentuknya antara lain membangun kebijakan internal pro-kesetaraan, menyediakan pelatihan kepemimpinan bagi jurnalis perempuan, serta menciptakan lingkungan kerja yang inklusif.
“Perempuan tidak butuh perlakuan istimewa, hanya kesempatan yang sama. Media yang adil terhadap perempuan adalah media yang adil terhadap semua,” tegasnya.
Baca juga :
