• Berita
  • Demam Babi Afrika, Lebih dari 500 Kasus Terjadi di Kaltara
Berita

Demam Babi Afrika, Lebih dari 500 Kasus Terjadi di Kaltara

Lebih dari 500 babi di Kaltara terjangkit demam babi Afrika. Meski tak menular ke manusia, warga diimbau menghindari konsumsi daging babi.

Babirusa di Maluku. Kasus demam babi afrika dilaporkan terjadi di berbagai provinsi. (Foto: KLHK)

TARAKAN – African swine fever (ASF) atau demam babi Afrika menjangkiti lebih dari 500 babi di Kalimantan Utara. Tak hanya di peternakan, babi hutan pun sulit didapat sejak merebaknya virus tersebut.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kaltara, Heri Rudiyono, menyatakan pihaknya telah melaporkan temuan kasus demam babi Afrika sejak 2021. Pemprov Kaltara mencatat kasus terkonfirmasi positif ASF terdapat di tiga kabupaten dan kota, yakni Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan.

”Sepanjang 2024 telah terkonfirmasi dan dilaporkan ke sistem informasi kesehatan hewan nasional penyakit ASF terhadap 513 ekor ternak babi yang terdapat di Kabupaten Malinau,” ujar Heri dalam keterangan tertulis, Minggu (22/12/2024).

Menindaklanjuti temuan tersebut, Pemerintah Kabupaten Malinau mengeluarkan Surat Edaran Nomor 524/409/Distan-III pada Agustus 2024. Edaran itu berisi imbauan kepada pedagang dan warga dalam berburu dan mengonsumsi daging babi.

Warga diimbau menghentikan sementara perburuan babi hutan liar. Warga juga diminta menghentikan dahulu kegiatan jual-beli daging segar ataupun beku dari hasil berburu.

Pemkab Malinau, lanjut Heri, untuk sementara waktu menghentikan aktivitas jual-beli daging beku dan olahannya yang berasal dari luar Kabupaten Malinau. Hal itu diharapkan bisa memitigasi penularan virus.

Upaya tekan kasus

Babirusa di Maluku. Kasus demam babi afrika dilaporkan terjadi di berbagai provinsi. (Foto: KLHK)

Untuk menekan penambahan kasus di Kaltara, Heri menyatakan pemerintah memperketat pengawasan masuk dan keluarnya hewan rentan ASF di Kaltara. Surveilans aktif dan pasif pun dilakukan guna deteksi dini.

Petugas lapangan pun meningkatkan deteksi dini untuk merespons cepat laporan kematian babi dengan melakukan pengambilan sampel. Sampel selanjutnya akan dibawa ke laboratoritum untuk diteliti.

Heri mengatakan, sejumlah masyarakat di Kaltara masih mengandalkan berburu babi hutan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hewan tersebut relatif mudah didapat di hutan Kalimantan.

Sejak kasus ASF dilaporkan di Kaltara, sejumlah warga melaporkan babi hutan sulit ditemui. Bahkan, ada laporan babi benar-benar tak pernah ditemui lebih dari dua tahun terakhir.

Ia mengimbau warga memenuhi sumber protein hewani lain, seperti burung, ikan, dan hasil buruan yang memungkinkan didapat di lingkungan masing-masing.

Tidak menular ke manusia

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH),  demam babi Afrika adalah penyakit virus yang menular sangat cepat pada babi peliharaan dan babi liar. Tingkat kematian akibat virus ini mencapai 100 %.

WOAH mencatat, penyakit ini tidak membahayakan kesehatan manusia, tapi punya dampak buruk pada populasi babi dan perekonomian peternakan.

Virus ini sangat resisten terhadap lingkungan. Artinya, ia dapat bertahan hidup di pakaian, roda, dan bahan lain. Bahkan, WOAH mencatat virus ini dapat bertahan hidup di berbagai produk olahan daging babi, seperti sosis dan daging basah.

Kendati tidak menular ke manusia, sejumlah pakar menyarankan masyarakat tetap berhati-hari. Untuk sementara, warga diimbau menghindari mengonsumsi daging babi untuk sementara waktu. Jikapun ingin mengonsumsi daging babi, warga diminta memastikan kualitas dan kesehatan daging tersebut.

***

Baca juga:

 

 

Picture of Propublika.id
Propublika.id
Portal berita dan cerita rintisan yang didirikan di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada 2022. Sesuai namanya, kami berupaya menyajikan informasi relevan bagi publik. Selengkapnya lihat laman Tentang Kami.
Bagikan
Berikan Komentar