Sebagai wilayah pesisir, Kota Balikpapan di Kalimantan Timur tercatat pernah jadi tempat paus mati dan terdampar atau stranding marine mammal. Berbagai jenis paus ditemukan terdampar sejak beberapa tahun terakhir di perairan kota ini.
Menurut catatan Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DP3) Kota Balikpapan, sejak 2009 setidaknya ada empat kejadian mamalia laut ditemukan terdampar di Balikpapan. Kondisinya ada yang masih hidup dan tak bernyawa.
Berikut datanya:
- Paus Pembunuh palsu atau false killer whale (Pseudorca crassidens). Ditemukan di pantai Lamaru, Balikpapan Timur, tahun 2009. Kondisinya dilaporkan mati.
- Paus pembunuh kerdil atau pygmy killer whale (Feresa attenuata). Ditemukan di Perairan Manggar, Balikpapan Timur, pada Juni 2019. Kondisinya ditemukan hidup.
- Paus bergigi sikat atau baleen whale. Ditemukan di Pantai TNI AU/Lanud Dhomber, Sepinggan Raya, Balikpapan Selatan, pada Desember 2019. Kondisi paus dilaporkan mati.
- Paus sperma atau sperm whale (Physeter macrocephalus). Ditemukan di perairan Daerah Perlindungan Mangrove dan Laut (DPML) Teritip, Balikpapan Timur, pada September 2024. Sempat ditemukan bernyawa, tapi akhirnya mati.

Kemungkinan penyebab kematian
Dari sejumlah kejadian terdamparnya paus, peneliti memperkirakan ada dua penyebab pendukung, yakni alamiah dan antropogenik. Penyebab alami merupakan hal alami atau natural yang dialami paus.
Hal alami itu bisa berupa serangan penyakit, usia tua, gempa bumi, atau paus mengalami luka akibat konflik dengan satwa di laut. Penyebab alami ini bisa menurunkan kemampuan navigasi paus. Akibatnya, paus terpisah dari kawanan dan terdampar sampai ke perairan dangkal.
Sementara itu, faktor antropogenik adalah kejadian yang disengaja atau tidak akibat aktivitas manusia. Beberapa kemungkinan penyebabnya ialah menurunnya kualitas lingkungan akibat pencemaran air laut, perburuan, hingga banyaknya sampah, terutama plastik, yang termakan paus.
Kemungkinan lain adalah sistem navigasi paus yang terganggu oleh penggunaan alat yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau sonar di dalam laut. Hal ini biasanya digunakan oleh kapal laut tertentu dan eksplorasi minyak dan gas bumi.
Kegiatan tersebut bisa mengganggu paus karena sistem navigasi paus pun menggunakan sonar. Paus mengeluarkan “klik” sonar untuk melacak mangsa di kedalaman laut yang minim cahaya. Sejumlah peneliti menyatakan “klik” sonar itu pun digunakan paus berkomunikasi dengan kelompoknya.
***
Baca juga:
- Survey ini Mengungkap Tiga Masalah Lingkungan Krusial di Indonesia
- 10 Hari Evakuasi, Paus Mati di Balikpapan Akhirnya Dikubur
- Mengenal Paus Sperma, Mamalia Raksasa yang Terdampar di Balikpapan