KRAYAN – TNI dari Satgas Pengamanan Perbatasan (Pamtas) RI–Malaysia Yonzipur 8/SMG Pos Krayan Lembudud dan warga berkolaborasi memperbaiki Jembatan Long Ayeh yang rusak di Kecamatan Krayan Barat, Nunukan, Kalimantan Utara, Sabtu (12/04/25).
Jembatan ini merupakan penghubung utama antara Desa Long Bawan dan Long Layu. Selama ini mobilitas warga tersendat, terutama dalam hal transportasi dan aktivitas ekonomi, karena rusaknya jematan ini.
Letda Czi Ida Bagus Putu Adikusuma, Danpos Lembudud, menekankan tugas Satgas Pamtas tidak terbatas pada pengamanan perbatasan, tetapi juga mendukung kesejahteraan warga.
“Kami menyadari betul pentingnya Jembatan Long Ayeh bagi mobilitas warga. Oleh karena itu, kami bersama warga dari Desa Lembudud dan Long Tunggul berinisiatif melaksanakan perbaikan secara gotong royong,” ujarnya.
Gotong royong ini dihadiri oleh tokoh masyarakat setempat, termasuk Kepala Adat Lembudud, perangkat desa dari kedua wilayah, pemimpin Gereja GBI, serta perwakilan RT dan BPD.
Area Krayan merupakan wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Utara. Sampai saat ini, wilayah ini hanya bisa dijangkau dengan pesawat perintis ke kabupaten lain.
Kesadaran kolektif yang kuat

Kehadiran mereka tidak hanya mempercepat proses perbaikan, tetapi juga menguatkan hubungan antara TNI dan masyarakat. Partisipasi aktif masyarakat dalam perbaikan jembatan mencerminkan kesadaran kolektif akan pentingnya infrastruktur yang memadai.
Dengan dukungan personel Satgas, kondisi jembatan berhasil ditingkatkan secara signifikan, memungkinkan akses yang lebih aman dan lancar antar-desa. Inisiatif ini menegaskan peran Satgas Pamtas Yonzipur 8/SMG sebagai mitra pembangunan di wilayah terpencil.
Kolaborasi ini tidak hanya memulihkan infrastruktur, tetapi juga memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap kehadiran TNI di perbatasan. Sebagai garda terdepan, Satgas Pamtas tidak hanya menjaga kedaulatan negara, tetapi juga turut mendorong kemajuan sosial-ekonomi melalui program nyata yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan warga.
Keberhasilan kegiatan ini menjadi contoh konkret bagaimana sinergi antara institusi militer dan masyarakat dapat mengatasi tantangan infrastruktur sekaligus membangun solidaritas di daerah perbatasan.
Baca juga: