Indonesia merupakan rumah bagi badak Jawa di Ujung Kulon serta badak Sumatera di Leuser dan Way Kambas. Populasinya kritis akibat perburuan dan hilangnya habitat.
Berdasarkan Red List Data Book International Union for Conservation of Nature (IUCN), badak jawa dan badak sumatra berstatus critically endangered. Artinya, spesies ini terancam punah atau dianggap menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar.
Hal tersebut dikarenakan oleh sebaran populasi yang sempit, jumlah populasi yang kecil, serta tingkat risiko terhadap habitat dan populasinya. Perburuan cula badak pun menjadi salah satu penyebab badak terancam kepunahan.
Di alam liar, satwa unik ini kerap terlihat berkubang di dalam area berlumpur. Bahkan, ia bisa terbaring untuk meratakan lumpur ke sekujur badan. Kenapa mereka melakukan ini?
Lumpur sebagai adaptasi dan perlindungan diri
Lumpur yang menempel di tubuh badak berfungsi sebagai “tabir surya alami”. Lapisan lumpur melindungi kulit badak dari sengatan langsung matahari.
Di sisi lain, lumpur juga mengusir kutu dan parasit yang menempel di kulit. Tak heran, badak kerap mengguling dan menggesekkan badannya saat berendam di kubangan lumpur.
Selain itu, lapisan lumpur bisa melindungi badak dari lalat penghisap darah atau tabanus. Lalat jenis ini banyak hidup di hutan sebagai habitat badak. Karena tak bisa menggaruk punggungnya, badak beradaptasi dengan melapisi kulitnya dengan tanah berlumpur atau rawa.
Untuk tujuan tersebut, badak bisa berendam hingga 3 jam. Selain untuk menstabilkan suhu tubuh, sejumlah penelitian menyebut aktivitas ini pun membantu badak menjaga kelembapan kulit dan mencegah infeksi.
Keberadaan badak di dunia
Badak jawa, saat ini populasinya hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten. Berdasarkan catatan Balai TNUK 2015, jumlahnya sekarang diperkirakan sekitar 60 individu. Padahal, persebarannya dahulu mulai dari Bengal, Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Jawa.
Sementara badak sumatera, yang memiliki sensitivitas penciuman dan pendengaran yang tinggi ini, jumlahnya diperkirakan sekitar 100 individu. Keberadaannya tersebar di Taman Nasional gunung Leuser, Bukit Barisan Selatan, Way Kambas, hingga Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Di Taman Nasional Kerinci Seblat, yang dulunya disebut sebagai gudangnya badak, diperkirakan badak bercula dua ini sudah tidak ada lagi.
Peran Badak dalam Menjaga Ekosistem
Badak berperan penting menjaga keseimbangan ekosistem dengan menyebarkan benih melalui kotorannya. Penelitian menunjukkan, lebih dari 10 jenis tanaman tumbuh dari kotoran badak.
Sebagai pemakan pucuk daun, badak merangsang pertumbuhan tunas baru yang lebih efektif menyerap karbon dioksida. Badak Sumatera memakan 108 spesies tumbuhan dari 44 famili, termasuk daun (82 spesies), buah (17), dan kulit kayu (7).
Makanan favoritnya adalah pohon bergetah seperti nangka dan semak mania. Data ini berdasarkan penelitian Strein (1974) tentang pola konsumsi badak Sumatera. Adapun Badak Jawa mengonsumsi 97 dari 109 jenis tumbuhan di Ujung Kulon, dengan favorit salam, rukem, dan segel. [*]