SAMARINDA — Distribusi tenaga medis di Kalimantan Timur masih jauh dari ideal. Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Andi Satya Adi Saputra, menyoroti kekurangan jumlah dan penyebaran dokter yang dinilai tidak merata, terutama di wilayah pedalaman.
Andi, yang juga berlatar belakang sebagai dokter, mengungkapkan bahwa saat ini Kaltim hanya memiliki sekitar 2.000 dokter untuk melayani populasi lebih dari 4 juta jiwa. Padahal, menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seharusnya tersedia satu dokter untuk setiap 1.000 penduduk.
“Dengan populasi sebesar itu, setidaknya Kaltim membutuhkan 4.000 dokter agar layanan kesehatan bisa berjalan optimal. Saat ini kita masih kekurangan sekitar 50 persen,” jelasnya di Samarinda, 18 April 2025.
Masalah tidak hanya berhenti pada jumlah. Menurut Andi, sekitar 80 persen dari total dokter yang ada terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Samarinda, Balikpapan, dan Bontang.
Kondisi ini memperlebar kesenjangan layanan kesehatan antara daerah perkotaan dan wilayah terpencil.
“Banyak dokter memilih bertugas di kota besar karena fasilitas kesehatan lebih lengkap dan kesejahteraan lebih terjamin. Sulit menyalahkan mereka jika kondisi di daerah terpencil masih minim,” kata Andi.
Ia menekankan bahwa tanggung jawab terbesar ada di tangan pemerintah. Andi menyarankan agar Pemprov Kaltim melakukan investasi serius pada peningkatan sarana dan prasarana kesehatan di daerah, serta memberikan insentif khusus bagi dokter yang bersedia mengabdi di wilayah pelosok.
“Pemerataan layanan kesehatan bisa terwujud jika dokter merasa nyaman dan dihargai. Kesejahteraan serta dukungan fasilitas adalah kuncinya,” tegasnya.
Andi berharap pemerintah provinsi segera mengambil langkah nyata agar seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali, dapat menikmati hak atas layanan kesehatan yang layak.
Baca juga: