• Cerita
  • Zat Berbahaya dan Mikroplastik Ditemukan di Tubuh Pesut Mahakam yang Mati pada 2024
Cerita

Zat Berbahaya dan Mikroplastik Ditemukan di Tubuh Pesut Mahakam yang Mati pada 2024

Sebanyak lima pesut mahakam mati sepanjang 2024 di Kaltim. Terpapar zat berbahaya, sampai tersangkut jaring.

Pesut dengan kode Ob-Ma-21-6-24 ‘Samarinda’ ditemukan pada 21 Juni 2024 di Kota Samarinda. (Foto: BPSPL Pontianak)

Pemerintah dan sejumlah pihak menelaah kematian lima pesut mahakam (Orcaella brevirostris) sepanjang 2024 di Kalimantan Timur. Hasil analisis menunjukkan terdapat mikroplastik hingga zat berbahaya di dalam tubuh mamalia air tawar tersebut.

Penyebab kematian pesut tersebut dianalisis oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kaltim, bekerja sama dengan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak, Fakultas Perikanan  dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Mulawarman Samarinda, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Kaltim, dan Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species Indonesia.

“Analisis ini bertujuan untuk mengungkap berbagai faktor penyebab kematian, termasuk gangguan fisik, paparan zat kimia berbahaya, dan ancaman lingkungan,” ujar Kepala BPSPL Pontianak Syarif Iwan Taruna Alkadrie dalam keterangan tertulis, Rabu (4/11/2024).

Hasil analisis kasus kematian pesut di tahun 2024 itu sebagai berikut:

  1. Pesut dengan kode Ob-Ma-21-2-24 ‘Four’ yang ditemukan pada tanggal 21 Februari 2024 di Perairan Sungai Desa Bukit Jering, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan pesut jantan dewasa yang ditemukan mati dengan penyakit organ pernapasan dan ginjal akibat usia lanjut. Mikroplastik ditemukan di lambung dan ususnya, sementara kadar logam berat masih di bawah ambang batas.
    .
  2. Pesut dengan kode Ob-Ma-2-4-24 ‘Angel’ yang ditemukan pada tanggal 2 April 2024 di Pelabuhan Museum Mulawarman, Tenggarong merupakan pesut betina yang ditemukan dalam kondisi pembusukan lanjut, diduga mati akibat tersangkut jaring ikan dan tenggelam.
    .
  3. Pesut dengan kode Ob-Ma-28-4-24 ‘Rexy’ yang ditemukan pada tanggal 28 April 2024 di Desa Pulau Harapan, Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan pesut jantan yang mati karena letal kronis akibat akumulasi bahan-bahan toksik yang satu diantarannya berasal dari makanan yang dikonsumsi.
    .
  4. Pesut dengan kode Ob-Ma-21-6-24 ‘Samarinda’ yang ditemukan pada tanggal 21 Juni 2024 di Kota Samarinda merupakan pesut Jantan dewasa yang ditemukan mati akibat CHF (Congetif Heart Failure-gagal jantung) dan adanya renal Failure (gagal ginjal) karena adanya paparan zat kimia berbahaya dan factor usia lanjut pada pesut.
    .
  5. Pesut dengan kode Ob-Ma-12-7-24 ‘Pela’ yang ditemukan pada tanggal 12 Juli 2024 di Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan pesut bayi pesut betina yang ditemukan mati dengan dugaan infantisida oleh pesut lain dan adanya faktor sakit (ginjal, lambung, paru-paru dan liver).
    .
Pesut dengan kode Ob-Ma-21-2-24 ‘Four’ yang ditemukan pada tanggal 21 Februari 2024 di Perairan Sungai Desa Bukit Jering, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara. (Foto: BPSPL Pontianak)

Iwan mengatakan, analisis dilakukan dalam empat tahap. Pertama, nekropsi dilakukan untuk memeriksa fisik pesut. Itu bertujuan mengetahui kondisi tubuh pesut, termasuk luka, trauma, atau tanda-tanda gangguan kesehatan.

Kedua, tim melakukan analisis histopatologi, studi jaringan untuk mengidentifikasi kerusakan pada organ vital, seperti paru-paru, ginjal, hati, dan jantung. Tahap ketiga dilakukan analisis logam berat berupa untuk mengidentifikasi paparan zat berbahaya.

Terakhir, tim melakukan analisis mikroplastik berupa deteksi serat, film, atau fragmen mikroplastik di lambung dan usus pesut. Hal ini dilakukan untuk memahami dampak pencemaran plastik terhadap mamalia air tawar ini.

Iwan mengatakan, hasil analisis ini merupakan peringatan serius bagi populasi Pesut Mahakam. Hal tersebut menunjukkan pesut Mahakam menghadapi tekanan besar dari aktivitas manusia.

“Termasuk penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, pencemaran mikroplastik, dan paparan zat kimia berbahaya,” ujar Iwan.

Pesut dengan kode Ob-Ma-2-4-24 ‘Angel’ yang ditemukan pada 2 April 2024 di Pelabuhan Museum Mulawarman, Tenggarong, Kutai Kartanegara. Pesut betina yang ditemukan dalam kondisi pembusukan lanjut, diduga mati akibat tersangkut jaring ikan dan tenggelam. (Foto: BPSPL Pontianak)

Ia mengatakan, Kawasan Konservasi Nasional Perairan Mahakam Wilayah Hulu, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 49 Tahun 2022, menjadi lokasi utama perlindungan pesut mahakam. Kawasan konservasi dengan luas 42.667,99 hektar itu dikelola BPSPL Pontianak.

Iwan menyebut zona inti kawasan itu seluas 1.081 hektar yang dirancang untuk mendukung perlindungan habitat strategis pesut, termasuk lokasi pemijahan ikan yang menjadi sumber makanan utama pesut.

“Namun, lima kasus kematian pesut yang terjadi sepanjang tahun 2024 menunjukkan ancaman yang kian mendesak dan perlunya langkah-langkah konservasi lebih baik,” kata Iwan.

Menurut Iwan, temuan penyebab kematian pesut ini menjadi pengingat pentingnya perlindungan pesut Mahakam. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, LSM, dan masyarakat lokal untuk menciptakan habitat yang lebih aman dan berkelanjutan bagi pesut.

Upaya konservasi itu, kata dia, akan mencakup peningkatan pengawasan habitat, penegakan hukum terhadap aktivitas yang merusak lingkungan, dan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem Sungai Mahakam.

“Selain itu, penelitian lanjutan perlu dilakukan tentang dampak mikroplastik, logam berat, dan faktor genetik pesut akan dilakukan untuk mendukung langkah konservasi yang lebih baik,” kata Iwan.

Pesut mahakam adalah mamalia air tawar endemik yang dilindungi dengan populasi terbatas. Berdasar survei BPSPL Pontianak dan YK RASI tahun 2023, dengan kematian pesut-pesut itu, populasi pesut Mahakam diperkirakan kurang dari 67 individu yang tersisa.

Picture of Propublika.id
Propublika.id
Portal berita dan cerita rintisan yang didirikan di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada 2022. Sesuai namanya, kami berupaya menyajikan informasi relevan bagi publik. Selengkapnya lihat laman Tentang Kami.
Bagikan
Berikan Komentar