Catatan: Artikel ini ditujukan sebagai informasi dan pelajaran, bukan untuk menginspirasi pembaca melakukan tindakan kejahatan.
***
Albert Spaggiari lahir pada 14 Desember 1932 di Laragne-Montéglin, Prancis. Setelah ayahnya meninggal tahun 1935, ia dibesarkan di Hyères oleh ibunya yang berprofesi sebagai penjual pakaian dalam.
Pada usia 19 tahun, Spaggiari bergabung dengan pasukan terjun payung dan dikirim ke Perang Indochina Pertama. Karier militernya terhenti setelah ia dipenjara 4 tahun karena perampokan bersenjata.
Setelah bebas, ia terlibat dalam Organisation Armée Secrète (OAS), kelompok sayap kanan anti-kemerdekaan Aljazair, yang membuatnya kembali dipenjara 3,5 tahun atas tuduhan terorisme.
Rencana sistematis perampokan bank Société Générale
Tahun 1976, Spaggiari pindah ke Nice, Prancis, dan bekerja sebagai fotografer. Beberapa sumber menyebut Spaggiari kemudian bertemu dengan seorang teman yang merupakan petugas keamanan Bank Société Générale, salah satu bank terbesar di Prancis saat itu.
Dari perbincangan santai dengan temannya itu, ia jadi mengetahui bahwa keamanan bank tidak benar-benar kokoh. Brankas bank memang terlindungi dengan pintu dan tembok kuat. Pintu utama dan satu-satunya brankas mesti dibuka dengan kode rahasia.
Namun, temannya “keceplosan” bilang bahwa alarm bank tidak berfungsi. Berbekal informasi kecil itulah Spaggiari mulai menyusun rencana besarnya.
Untuk diketahui, bank di masa itu tak hanya sebagai tempat menyimpan uang. Orang bisa menitipkan berbagai macam barang berharga di brankas milik bank, mulai dari perhiasan, surat obligasi, dan seterusnya.
Uniknya, jika menyimpan di bank, nasabah bisa memasukkan dan mengambil barang berharganya sendiri. Inilah celah kedua yang digunakan oleh Spaggiari.
Mula-mula ia menjadi nasabah sehingga bisa mengakses ruang brankas. Ia menyimpan barang berharganya di salah satu pintu brankas kecil.
Sebagai fotografer, ia membawa kameranya ke sana dan diam-diam memotret seluruh sudut ruang brankas, termasuk pintu pengaman utama. Saat itu di tahun 1970-an tentu saja belum populer kamera pengintai (CCTV) yang jamak digunakan bank saat ini. Aksi Spaggiari memotret praktis tak diketahui.
Menyusun strategi dan tim
Berbekal informasi dan foto tersebut, Spaggiari kemudian berpikir bagaimana bisa mengakses brankas bank dengan aman. Ia menemukan brankas bank Société Générale berdekatan dengan saluran pembuangan kota.
Saluran pembuangan/selokan alias got di Prancis punya banyak jaringan. Untuk mengetahui peta selokan kota, Spaggiari melamar menjadi pekerja kebersihan selokan.
Dengan demikian, ia bisa mendapat peta rincian saluran pembuangan di kota tersebut. Ia sempat riset dan mencoba beberapa kali untuk memastikan rute saluran selokan sampai ke titik yang dekat dengan bank.
Selain itu, ia pun mencari mitra kriminal. Ia menghubungi mafia setempat untuk menyediakan sumber daya manusia yang mumpuni untuk menjalankan aksinya.
Spaggiari merekrut 20 orang, termasuk mantan anggota OAS kenalannya. Mereka menyusun strategi dan pembagian tugas, termasuk mata-mata yang berjaga di sekitar bank.
Dari gorong-gorong besar, tim itu menyusuri selokan sampai ke titik selokan dekat bank. Mereka menggali terowongan sepanjang 8 meter dari saluran menuju ruang brankas bank.
Total selama 2 bulan, mereka menjalankan aksi dari rencana sampai eksekusi. Mereka memasang kabel listrik, pencahayaan di gorong-gorong, ventilasi, dan membawa peralatan napas seperti tangki oksigen.
Rencana dan aksi ini dijalankan diam-diam, memanfaatkan liburan Bastille Day pada 16 Juli 1976 saat kota sepi dan bank tutup.
Eksekusi Perampokan dan Pesan Misterius
Setelah menjalankan aksi sekitar dua bulan, kelompok ini berhasil masuk ke brankas. Mereka mengelas pintu utama ke ruangan brankas agar tak bisa dibuka dari luar—berjaga-jaga jika tiba-tiba ada yang mengetahui aktivitas mereka.
Kelompok ini mengambil 46 juta franc (setara €29 juta) dalam bentuk uang tunai, emas, serta surat berharga. Nilai itu setara 35 juta Dolar AS atau Rp560 miliar (kurs Rp 16.000 per Dolar AS).
Saat menggasak isi brankas, saking senang dan yakin aksinya tak bakal ketahuan, mereka bahkan sempat “berpiknik” di dalam ruangan brankas: minum wine dan makan menggunakan peralatan makan milik nasabah yang disimpan di brankas.
Sebelum pergi, Spaggiari meninggalkan pesan di dinding dengan pilox. Pesan itu kemudian terkenal di Prancis, yakni “sans armes, ni haine, ni violence” (tanpa senjata, kebencian, atau kekerasan).
Polisi baru mengetahui kejahatan ini pada 19 Juli 1976, setelah komplotan ini kabur melalui saluran pembuangan.
Penangkapan dan Pelarian Legendaris
Spaggiari ditangkap pada 27 Oktober 1976, tiga bulan setelah aksi penjarahan brankas bank. Namun, tak sampai setahun kemudian, pada 10 Mei 1977, ia berhasil melarikan diri dengan cara cerdik.
Sebelum melarikan diri, ia meminta aparat bertemu hakim dengan modus memberi tahu kelemahan-kelemahan penting bank. Di momen itu, secara meyakinkan dan tenang, ia menyodorkan beberapa lembar kertas berisi denah bank kepada hakim di hadapannya.
Saat menjelaskan berbagai hal itulah, ia berdiri perlahan sambil berbicara dan mendekati jendela. Dalam hitungan detik, ia melompat dari jendela lantai dua gedung pengadilan dan mendarat di atas mobil yang terparkir.
Entah bagaimana, seseorang mengendarai sepeda motor sudah menunggunya. Spaggiari naik ke motor tersebut dan melarikan diri.
Hidup dalam Pelarian dan Kematian
Ia tercatat melarikan diri ke Italia dan Paraguay, hidup mewah di bawah perlindungan rezim Augusto Pinochet. Selama buron, Spaggiari diduga bekerja sama dengan DINA (dinas intelijen Chili) dengan nama samaran “Daniel”.
Tahun 1989, ia menghubungi ibunya dan mengaku mengidap kanker tenggorokan. Beberapa hari kemudian, Spaggiari ditemukan tak bernyawa di rumah sang ibu di Hyères, Prancis—13 tahun setelah perampokan.
Spaggiari dimakamkan di kampung halamannya, Laragne. Kematiannya mengakhiri kisah hidup seorang kriminal yang dianggap jenius sekaligus kontroversial—tak pernah dipenjara setelah merampok bank karena melarikan diri sampai akhir hayat.
Kasus Albert Spaggiari setelah kematiannya
Kisah perampokan Société Générale diadaptasi dalam film “Sans arme, ni haine, ni violence” (2008). Aksi Spaggiari disebut sebagai salah satu perampokan paling cerdik dalam sejarah Prancis, menggabungkan ketelitian teknis dan komplotan yang solid.
Setelahnya, sekitar 40 tahun kasus perampokan bank itu berlalu, pada 2010, terbit buku berisi detail perampokan yang ditulis Jacques Cassandri, gangster Marseille.
Buku itu membawa kecurigaan bagaimana bisa Cassandri (73 tahun) menulis detail perampokan itu. Ada dugaan Cassandri adalah dalang utama perampokan tersebut.
Sesuai hukum Prancis, kasus yang sudah lewat beberapa puluh tahun dianggap selesai, Cassandri dikenai kasus lain. Ia diadili tahun 2023 atas tuduhan pencucian uang.
Cassandri mengaku sebagai dalang perampokan bank Société Générale tahun 1976, tetapi klaim ini diragukan mengingat reputasi Spaggiari sebagai otak utama.
Cassandri sebelumnya dikenal sebagai pedagang heroin dan terlibat kasus prostitusi. Jika terbukti bersalah, ia menghadapi hukuman 10 tahun penjara.