BALIKPAPAN – Kepala Dinas Perdagangan Balikpapan, Haemusri Umar, menjelaskan sejumlah faktor yang memicu kenaikan harga komoditas di beberapa pasar tradisional kota. Sebelumnya, harga sejumlah komoditas di pasar tradisional Baikpapan terpantau mengalami kenaikan signifikan.
Di Pasar Pandansari, bawang merah, yang biasanya Rp30-40 ribu, sekarang sudah sampai Rp50-60 ribu per kilogram. Bawang putih juga ikut naik, dari kisaran Rp30-35 ribu kini tembus Rp50 ribu
Fenomena serupa juga terlihat di Pasar Klandasan, Balikpapan Kota. Nana, pedagang setempat, menyebut cabai menjadi komoditas dengan lonjakan harga paling tajam. Dalam dua pekan terakhir, harga cabai meroket dari Rp40 ribu menjadi Rp80 ribu, dan kini menyentuh Rp100 ribu per kilogram
Kenaikan harga cabai rawit merah dan bawang merah di Balikpapan, kata Haemusri dipicu pasokan yang berkurang. Untuk bawang merah, suplai yang masuk saat ini lebih banyak dari Sulawesi, sementara beberapa sentra produksi di Jawa mengalami gagal panen akibat cuaca. “Sebagian pasokan Sulawesi juga dialihkan ke Jawa untuk menutup kekurangan, sehingga ketersediaan di Balikpapan ikut berkurang,” kata dia.
Ia menambahkan bahwa kenaikan harga ini bukan hanya terjadi secara lokal. “Berdasarkan pantauan Kementerian Perdagangan, secara nasional harga bawang merah, cabai rawit, dan bawang putih memang menunjukkan tren naik. Kondisi di Kaltim juga serupa, jadi Balikpapan bagian dari tren nasional,” jelasnya.
Terkait kondisi stok komoditas hortikultura di kota, Haemusri menerangkan bahwa data lengkap berada di instansi teknis lainnya. “Untuk informasi detail mengenai stok hortikultura, bisa diperoleh di Dinas Ketahanan Pangan yang menyusun Neraca Pangan Kota Balikpapan,” katanya.
Untuk meredam lonjakan harga, Dinas Perdagangan melakukan langkah jangka pendek melalui kegiatan pasar murah. “Kami sudah melaksanakan pasar murah pada 1–5 Desember di Balikpapan Selatan, dan akan ada lagi pada 9–13 Desember di Balikpapan Barat, di Halaman Pasar Inpres Kebun Sayur,” ujarnya.
Koordinasi dengan berbagai pihak juga terus dilakukan. “Kami tetap berkoordinasi dengan distributor dan daerah pemasok. Namun Bulog secara nasional memang tidak mendapat penugasan untuk intervensi komoditas hortikultura,” kata Haemusri.
Ia memastikan pengawasan di lapangan tetap diperketat. “Pengawasan rutin kami lakukan bersama instansi terkait untuk mencegah potensi penimbunan atau manipulasi harga oleh pihak tertentu,” tegasnya.
Baca:
