JAKARTA – Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) memperkuat peran usaha kecil dan menengah (UKM) berorientasi ekspor melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Salah satu upaya tersebut diwujudkan melalui pemberdayaan Desa Devisa Kemiri di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Berdasarkan data Indonesia Eximbank Institute, Indonesia saat ini berada di peringkat ke-13 eksportir kemiri dunia dengan nilai ekspor mencapai USD 4 juta atau sekitar 0,5 persen dari total ekspor global. Meski demikian, kinerja ekspor kemiri nasional menunjukkan tren positif.
Secara tahunan, nilai ekspor kemiri Indonesia melonjak hingga 350 persen menjadi USD 9,58 juta. Dari sisi volume, ekspor meningkat 413 persen menjadi 6,95 ribu ton. Bangladesh dan Malaysia tercatat sebagai tujuan utama dengan pangsa pasar gabungan mencapai 64 persen.
Di tingkat global, Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi negara pengimpor kemiri terbesar dengan nilai masing-masing USD 500 juta dan USD 320 juta. Indonesia Eximbank menilai peluang pasar yang belum tergarap masih sangat besar. Beberapa di antaranya di Tiongkok senilai USD 232 juta, Amerika Serikat USD 82 juta, Vietnam USD 28 juta, Jerman USD 20 juta, dan Belanda USD 10 juta.
Kontributor ekspor kemiri Indonesia

Melihat potensi tersebut, Indonesia Eximbank memberikan dukungan strategis kepada Desa Devisa Kemiri di Lombok Tengah. Bantuan TJSL yang disalurkan meliputi satu unit mesin automatic vacuum packager untuk menjaga kualitas dan higienitas produk. Selain itu ada dua unit mesin pendingin atau dryer guna mempercepat proses pengeringan dan pemecahan kemiri, serta 2.000 bibit kemiri varietas unggul.
Program ini juga mendukung peremajaan lahan, peningkatan produktivitas petani, serta kelestarian tanah. Desa Devisa Kemiri Lombok Tengah saat ini menjadi salah satu kontributor ekspor kemiri Indonesia. Kapasitas produksinya mencapai 120 ton per tahun. Sekitar 40 persen hasil produksi tersebut ditujukan untuk pasar ekspor.
Desa Devisa ini didukung program pembinaan yang mencakup 40 desa dan memberdayakan sekitar 350 petani. Sebanyak 60 persen petani inti merupakan perempuan, sehingga program ini turut mendorong penguatan peran perempuan dalam rantai nilai ekspor.
“Program ini dirancang untuk meningkatkan kualitas produk kemiri lokal, memperpanjang daya simpan, menjaga standar mutu pasca-panen, serta meningkatkan pendapatan masyarakat,” ujar Anggota Dewan Direktur Indonesia Eximbank, Yon Arsal, saat penyerahan bantuan TJSL di Lombok.
Yon Arsal menambahkan, inisiatif ini sejalan dengan komitmen Indonesia Eximbank dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Khususnya SDG 2 tentang pertanian berkelanjutan, SDG 5 tentang kesetaraan gender, serta SDG 8 mengenai pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Dengan dukungan tersebut, volume produksi kemiri di Lombok Tengah diproyeksikan meningkat signifikan. Peningkatan ini diharapkan membuka peluang ekspor yang lebih luas serta mendorong perputaran ekonomi di tingkat masyarakat lokal.
“Kami percaya kontribusi ini akan menjadi bagian dari langkah besar untuk menumbuhkan kesejahteraan masyarakat sekaligus memperkuat keberlanjutan komoditas kemiri di Lombok Tengah,” tutup Yon Arsal.
