JAKARTA – PT Pertamina International Shipping (PIS) mendukung program pemerintah dengan menggunakan B40 pada angkutan perkapalan. Sejak Januari 2025, 189 kapal PIS yang melayani distribusi energi nasional telah mengadopsi biodiesel B40 sebagai bahan bakar.
Direktur Armada PIS, Muhammad Irfan Zainul Fikri, menyatakan bahwa langkah ini mendukung ketahanan energi dan transisi menuju energi hijau dan berkelanjutan, sesuai arahan Kementerian ESDM. B40 terbukti mengurangi emisi karbon dan lebih ramah lingkungan untuk sektor transportasi, termasuk pelayaran.
“Sesuai dengan arahan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), seluruh kapal yang dioperasikan oleh PIS yakni 189 kapal yang melayani distribusi energi nasional telah menggunakan B40 untuk mencapai ketahanan energi sekaligus mendukung energi hijau dan berkelanjutan,” ujar Irfan dalam siaran pers.
Adopsi B40 juga mendukung visi jangka panjang PIS untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2050. PIS terus menerapkan prinsip keberlanjutan, seperti efisiensi energi, teknologi ramah lingkungan, dan pengembangan infrastruktur energi hijau.
Inovasi teknologi hijau seperti energy saving devices (ESD) pada armada PIS yang diterapkan sejak 2022 telah meningkatkan efisiensi bahan bakar. Selain itu, teknologi dual-fuel yang memungkinkan penggunaan bahan bakar alternatif dan fosil menghemat sekitar 30% konsumsi bahan bakar kapal.
PIS juga menargetkan kontribusi bisnis hijau hingga 34% pada 2034 dan pengurangan emisi sebesar 32% pada tahun yang sama. Pencapaian ini sesuai dengan komitmen Pemerintah Indonesia dan International Maritime Organization (IMO).
Komitmen hijau PIS mendapat apresiasi dengan skor ESG BBB dari MSCI, menunjukkan kinerja perusahaan dalam lingkungan, sosial, dan tata kelola yang solid. Irfan berharap PIS dapat menjadi pelopor industri pelayaran hijau dan mendorong kolaborasi dengan pemangku kepentingan serta regulator untuk menciptakan ekosistem pelayaran ramah lingkungan.
“Ke depan, kami berharap PIS dapat menjadi pemain terdepan dalam industri pelayaran hijau, mendorong transformasi menuju operasional yang lebih ramah lingkungan. Untuk itu diperlukan kolaborasi yang erat antara para pemangku kepentingan dan regulator untuk menciptakan ekosistem industri pelayaran yang benar-benar ramah lingkungan,” tutup Irfan.
Baca juga :