SAMARINDA – Harapan masyarakat pesisir selatan Kabupaten Berau untuk keluar dari keterisolasian mulai mendapat titik terang. Pembangunan Jembatan Kembar yang menghubungkan Kampung Teluk Sumbang di Kecamatan Biduk-Biduk dengan Kecamatan Sandaran, Kutai Timur, tengah berlangsung dan ditargetkan rampung pada akhir tahun 2025.
Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Makmur HAPK, menilai proyek ini sebagai lompatan besar yang bisa mengubah wajah perekonomian dan pariwisata kawasan yang selama ini terpinggirkan oleh minimnya akses darat.
“Wilayah ini kaya akan potensi alam, tapi sayangnya selama ini seperti terkunci karena hanya bisa dijangkau lewat laut dengan waktu tempuh yang tidak efisien,” ungkap Makmur pada 25 Juni 2025.
DPRD Kaltim Sambut Positif Cabutan Larangan Penggunaan Hotel oleh Instansi Pemerintah
Ia menambahkan bahwa Teluk Sumbang bukan hanya menyimpan panorama laut dan pantai yang memikat, tetapi juga menjadi titik penting dalam rantai pasok hasil laut ke berbagai daerah. Tanpa infrastruktur memadai, distribusi barang terganggu, dan masyarakat lokal kehilangan peluang ekonomi yang lebih luas.
Tak hanya soal logistik, Makmur juga menekankan geliat wisata Berau yang makin terasa. Meski akses masih terbatas, animo wisatawan untuk menjelajah kawasan ini tetap tinggi. Baginya, keberadaan jembatan akan menjadi pemicu utama lonjakan kunjungan.
“Kalau sekarang saja wisatawan tetap datang dengan kondisi jalan seadanya, bisa dibayangkan bagaimana lonjakannya ketika akses darat benar-benar terhubung. Ini akan jadi titik balik,” ujarnya.
Kaltim Raih Juara Umum 2 di Kejurnas Kurash, Sapto Fokus Perkuat Pembinaan Atlet Muda
Makmur menyayangkan bahwa proyek ini baru dimulai sekarang, padahal urgensinya sudah lama dirasakan warga. Meski demikian, ia menyambut baik komitmen pemerintah untuk menuntaskan pembangunan ini sesuai jadwal.
Lebih dari sekadar proyek konstruksi, ia melihat jembatan kembar ini sebagai lambang terbukanya isolasi wilayah dan pembuka jalan bagi kesejahteraan masyarakat pesisir.
“Ketika akses terbuka, ekonomi akan ikut bergerak. Peluang kerja tercipta, wisata tumbuh, dan masyarakat lokal ikut menikmati hasilnya. Ini bukan hanya soal bangunan, ini soal harapan,” tegas Makmur.
Ia pun menutup dengan pesan penting: bahwa promosi wisata tidak akan cukup tanpa infrastruktur. “Kalau konektivitas tak diperbaiki, masyarakat hanya jadi penonton. Akses adalah pintu utama agar mereka ikut tumbuh bersama sektor pariwisata,” tutupnya.