Pulau Kalimantan memang termasuk wilayah yang relatif aman dari gempa dan tsunami di Indonesia. Kendati demikian, bukan berarti pulau ini bebas sama sekali dari dua bencana itu.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, menyatakan aktivitas seismik di Kalimantan relatif lebih rendah dibandingkan dengan Sumatra, Jawa, atau Sulawesi.
Namun, sejarah mencatat, sejumlah gempa dengan kekuatan signifikan pernah mengguncang Kalimantan dan menimbulkan kerusakan, bahkan tsunami.
“Kalimantan bukan wilayah bebas gempa, dan potensi gempa merusak tetap ada,” kata Daryono, Jumat (7/11/2025).
Mengenal dan mengidentifikasi lokasi gempa bisa membantu masyarakat dalam mitigasi bencana yang berpotensi terjadi di masa depan.
Berikut adalah catatan sejarah gempa merusak di Kalimantan berdasarkan catatan BMKG.
Catatan Gempa dan Tsunami Merusak di Kalimantan

Daftar di bawah ini merupakan catatan dari BMKG yang merangkum gempa dan tsunami merusak yang pernah terjadi di Kalimantan.
Anda akan menemukan beberapa istilah atau singkatan di tabel. Berikut keterangannya:
- M: Magnitudo, merupakan ukuran kekuatan gempa bumi berdasarkan energi seismik yang dipancarkan dari sumbernya.
- MMI: Modified Mercalli Intensity, satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi di permukaan berdasarkan efeknya pada manusia, benda, dan bangunan. Ukuran ini masih digunakan, terutama di lokasi yang tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian. Skala MMI terdiri dari I-XII. Semakin tinggi angka, semakin keras guncangan dirasakan dan semakin merusak. Lebih detail mengenai MMI bisa dilihat di sini: klik.
Tabel Gempa dan Tsunami Kalimantan
| Gempa/Tsunami | Lokasi | Tahun | Kekuatan | Keterangan |
| Gempa dan Tsunami | Sangkulirang, Kab Kutai Timur, Kalimantan Timur | 1921 | VII–VIII MMI | Banyak bangunan rusak sedang hingga berat. Gempa memicu tsunami yang menghantam pantai dan muara sungai di Sangkulirang. |
| Gempa | Tarakan, Kalimantan Utara | 1923 | M7,0 / VII–VIII MMI | Menimbulkan kerusakan besar pada bangunan rumah dan rekahan tanah di Tarakan. |
| Gempa | Tarakan, Kalimantan Utara | 1925 | VI–VII MMI | Guncangan kuat menyebabkan banyak rumah rusak di Tarakan. |
| Gempa | Tarakan, Kalimantan Utara | 1936 | M6,5 | Gempa kuat menyebabkan kerusakan bangunan di wilayah yang sama. |
| Gempa | Pulau Laut, Kalimantan Selatan | 2008 | M5,8 | Guncangan dirasakan kuat di Pulau Laut, Pagatan, dan Batulicin. Gedung perkantoran di Kotabaru mengalami retak-retak. |
| Gempa | Tarakan, Kalimantan Utara | 2015 | M6,1 | Dipicu aktivitas Sesar Tarakan. Puluhan rumah rusak di Tarakan, Nunukan, dan Tanjung Selor. Tercatat 16 kali gempa susulan. |
| Gempa | Kendawangan, Kalimantan Barat | 2016 | M5,1 | Berpusat di lepas pantai Ketapang. Menyebabkan kerusakan ringan pada beberapa rumah. |
| Gempa | Katingan, Kalimantan Tengah | 2018 | M4,2 | Guncangan dirasakan di Katingan, Kasongan, dan sekitarnya. Satu rumah dilaporkan rusak ringan. |
| Gempa | Banjar, Kalimantan Selatan | 2024 | M4,8 | Akibat aktivitas Sesar Meratus. Sejumlah rumah rusak, guncangan terasa hingga Banjarmasin dan Palangkaraya. |
| Gempa | Tarakan, Kalimantan Utara | 2025 | M4,8 | Gempa dangkal akibat Sesar Tarakan. Dua rumah rusak berat, tiga pusat perbelanjaan terdampak, beberapa bagian rumah sakit rusak. |
Pola Kegempaan dan Sumber Sesar Aktif

Sejarah menunjukkan bahwa gempa-gempa merusak di Tarakan (1923, 1925, 1936, dan 2025) berulang di wilayah yang sama. Hal ini menegaskan keberadaan Sesar Tarakan, salah satu sesar aktif di bagian utara Kalimantan.
Selain Sesar Tarakan, Kalimantan juga memiliki Sesar Mangkalihat di Kalimantan Timur dan Sesar Meratus di Kalimantan Selatan.
Ketiganya merupakan zona sesar utama yang dapat memicu gempa signifikan, dengan potensi magnitudo maksimum hingga M 7.0. Tiga sesar di Kalimantan itu memiliki panjang lebih dari 100 kilometer.
Meskipun aktivitas seismik di Kalimantan relatif rendah, pulau ini tetap berada di wilayah yang dikelilingi oleh lima lempeng tektonik aktif di dunia.
Sehingga diduga pemicu gempa di Kalimantan adalah dari proses pergerakan lempeng-lempeng yang berada dekat dengan pulau Kalimantan (Depi Rusmilawati dkk. Studi Mekanisme Sumber Gempabumi Di Wilayah Kalimantan Berdasarkan Gerak Awal Gelombang P. Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 2 Nomor 2, Agustus 2019).
Pelajaran dari Sejarah: Gempa Dangkal Lebih Merusak

Menurut Daryono, gempa Tarakan 5 November 2025 dengan magnitudo “hanya” M4,8, tetapi menimbulkan kerusakan nyata.
Ia menyebut gempa dangkal dekat pemukiman berpotensi sangat merusak. Kualitas bangunan menjadi faktor utama yang menentukan besarnya dampak.
Daryono menekankan masyarakat perlu memastikan bangunan dirancang sesuai standar tahan gempa. Selain itu, pemerintah daerah diharapkan memasukkan potensi gempa dalam rencana tata ruang dan pembangunan infrastruktur.
Pentingnya Literasi Kebencanaan
BMKG menegaskan pentingnya literasi kebencanaan dan sejarah kegempaan lokal, terutama karena sebagian besar daerah di Kalimantan belum memiliki catatan instrumental panjang.
Kesadaran ini penting untuk membangun kesiapsiagaan masyarakat menghadapi kemungkinan bencana di masa depan.
“Masyarakat perlu tahu cara selamat saat terjadi gempabumi, dan memastikan bangunan yang ditempati memenuhi standar keamanan terhadap guncangan,” kata Daryono.
Baca juga:
