• Cerita
  • Menuju Transisi Hijau, Tiga Anak Muda Gagas Aksi untuk Masa Depan
Cerita

Menuju Transisi Hijau, Tiga Anak Muda Gagas Aksi untuk Masa Depan

Tiga anak muda Jabodetabek membuat program sederhana mendukung masa depan hijau. Dimulai dari langkah kecil dan lingkungan sekitar.

Ilustrasi kerja sama anak muda dalam kegiatan ramah lingkungan. (Foto: Pexels)
Ilustrasi kerja sama anak muda dalam kegiatan ramah lingkungan. (Foto: Pexels)

Mindworks Lab menggelar fellowship Ministry of the Future untuk pertama kalinya. Program ini mengajak orang muda se-Jabodetabek dari berbagai latar belakang.

Dari ratusan pendaftar, terpilih 15 orang. Mereka berdiskusi dengan mentor, mematangkan ide, dan merancang rencana implementasi selama tiga bulan.

Program ini membahas lima bidang: mobilitas, lingkungan binaan, pendidikan, konsumsi, dan pangan. Semua bidang diarahkan pada satu tujuan besar, yaitu mendorong transisi hijau.

“Para fellow diharapkan meneruskan aksi dan mengajak lebih banyak orang muda terlibat,” kata Aulia Amanda Santoso, Program Coordinator Ministry of the Future, dalam keterangan tertulis Sabtu (15/11/2025).

Alya Eka Khairunnisa: Study Tour untuk Mengenal Kota dan Lingkungan

Kota Kita Kelas Kita oleh Alya Eka Khairunnisa Fellows MoTF
Dokumentasi kegiatan “Kota Kita Kelas Kita” oleh Alya Eka Khairunnisa, Fellows MoTF. (Dokumentasi Ministry of the Future)

Alya melihat larangan study tour di Jawa Barat sebagai tantangan. Ia menilai larangan ini membatasi kesempatan belajar siswa di luar kelas.

Menurut Alya, siswa perlu terhubung dengan masalah sosial dan lingkungan di sekitar mereka. Ia lalu membuat program “Kota Kita, Kelas Kita” untuk memodifikasi konsep study tour agar aman dan murah.

Dalam uji coba bersama empat siswa SMP di Tangerang, mereka mengunjungi pasar, taman, dan museum dengan transportasi publik. Para siswa menemukan berbagai masalah lingkungan, seperti polusi udara dan truk yang tetap menyalakan mesin.

Alya juga membuat modul City Bingo. Permainan ini mengajak siswa menandai objek lingkungan yang mereka temui. Peserta juga belajar bahwa kendaraan listrik tetap memiliki jejak fosil.

Perubahan cuaca yang ekstrem dalam satu hari menjadi perhatian siswa. Mereka menyebut kondisi itu sebagai dampak krisis iklim.

Ndaru Luriadi: Janji Pernikahan sebagai Janji Menjaga Bumi

Suasana riuh partisipan yang datang di Fellows Action Lab, berinteraksi dengan proyek Youth Engagement para fellows (Dokumentasi Ministry of the Future)
Suasana riuh partisipan yang datang di Fellows Action Lab, berinteraksi dengan proyek Youth Engagement para fellows (Dokumentasi Ministry of the Future)

Peserta lain, Ndaru, melihat masalah sampah rumah tangga sebagai ancaman besar. Data KLHK pada 2024 menunjukkan 50,8% sampah nasional berasal dari rumah tangga.

Di Depok, sampah yang masuk TPA mencapai 1.000 ton per hari. Ndaru menilai pengantin baru perlu belajar mengelola sampah sejak awal membangun keluarga.

Ia menggagas “Sekolah Rumah Lestari”. Program ini bertujuan membentuk keluarga muda yang paham pengelolaan sampah dan gaya hidup berkelanjutan.

Ndaru berharap keluarga muda menciptakan budaya positif dan membangun jaringan komunitas. Ia percaya budaya konsumtif bisa berubah menjadi budaya yang lebih peduli lingkungan.

Anastasia Dinda Ciptaviana: Nongkrong Tanpa Konsumtif

Program Nongkrong+ oleh Dinda Ciptaviana Fellows MoTF. (Dokumentasi Ministry of the Future)
Program Nongkrong+ oleh Dinda Ciptaviana Fellows MoTF. (Dokumentasi Ministry of the Future)

Selanjutnya, Dinda melihat kebiasaan nongkrong sering menghasilkan banyak sampah. Pesan antar makanan menambah timbunan sampah dan emisi.

Ia merancang program Nongkrong+ untuk mengajak orang muda berkumpul tanpa konsumtif. Program ini berangkat dari pengalaman pribadinya sebagai introvert yang sulit membangun pertemanan.

Kegiatan Nongkrong+ tidak hanya makan atau duduk bersama. Salah satu kegiatan adalah Nongkrong+ Nukang, yang mengajak peserta membuat barang sederhana.

Menurut Dinda, memproduksi sesuatu sendiri membuat peserta lebih menghargai benda yang mereka buat. Ia berharap diskusi tentang konsumsi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Ia ingin peserta menyadari kemampuan mereka untuk menginisiasi kegiatan positif.

Alya, Ndaru, dan Dinda membuktikan bahwa gerakan hijau bisa dimulai dari ruang kecil. Ruang belajar, keluarga, hingga meja nongkrong dapat menjadi tempat lahirnya perubahan.

Baca juga:

Picture of FX Jarwo
FX Jarwo
Jurnalis dan penulis konten ProPublika.id. Menggemari isu lingkungan, masyarakat adat, dan hak asasi manusia. Ia pun menulis hal-hal ringan mengenai perjalanan, tips, dan pengetahuan umum dari berbagai sumber.
Bagikan
Berikan Komentar