• Cerita
  • 100 Tahun AA Navis di Prancis: Menduniakan Sastra Indonesia
Cerita

100 Tahun AA Navis di Prancis: Menduniakan Sastra Indonesia

Sastrawan AA Navis dikenang di Prancis dalam rangkaian kegiatan diskusi. Akademisi, pelajar, dan diaspora turut serta.

Diskusi tentang pengaruh karya A.A Navis terhadap sastra Indonesia modern yang dimoderatori oleh Sejarawan dan pakar Asia Tenggara dari Universitas Science Po, Paris, Romain Bertrand (kanan), Sastrawan Indonesia Ayu Utami (tengah), dan Sejarawan Hilmar Farid (kiri) di kantor pusat UNESCO, Paris, Prancis, Kamis (14/11/2024). (Foto: Badan Bahasa Kemendikdasmen)

Sastrawan AA Navis dikenang di Prancis dalam dua kegiatan. Kegiatan ini mengenang 100 tahun lahirnya sastrawan terkemuka itu dengan memperkenalkan karya dan warisan sastra A.A. Navis ke panggung dunia. Sebuah apresiasi untuk pengaruh AA Navis terhadap perkembangan sastra Indonesia.

Kegiatan diselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris/Kantor Delegasi Tetap RI untuk UNESCO. Mereka menggelar kegiatan bertajuk “Mengenang 100 Tahun AA Navis” dalam dua acara besar pada 13 dan 14 November 2024.

Acara utama berlangsung di Kantor Pusat UNESCO di Paris pada 13 November 2024, pasca ditetapkannya peringatan 100 tahun hari lahir A.A. Navis sebagai perayaan internasional UNESCO pada Sidang Umum UNESCO ke-42 pada November 2023 lalu. Acara dihadiri oleh 207 peserta yang terdiri atas pecinta sastra, akademisi, pelajar, diaspora Indonesia serta delegasi tetap UNESCO dari berbagai negara.

Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Andorra, Monako, dan UNESCO, H.E. Mohamad Oemar, secara resmi membuka acara dengan sambutan yang penuh penghormatan. Ia menyoroti peran signifikan A.A. Navis dalam memperkaya literatur Indonesia dan kontribusinya terhadap perspektif dunia.

“A.A. Navis adalah seorang pengamat yang tajam dan kritikus sosial yang peduli terhadap identitas budaya bangsanya. Melalui karyanya, ia mengajarkan kita untuk tidak hanya melihat keindahan bahasa, tetapi juga untuk memahami tanggung jawab sosial yang diembannya. Dia adalah seorang humanis visioner yang karyanya mampu melampaui batas waktu dan tempat,” papar Oemar.

Sementara itu, Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz, juga menyoroti kontribusi besar Navis terhadap literasi di Indonesia. Menurutnya, A.A. Navis adalah simbol sastra Indonesia yang mengajak kita untuk merefleksikan hidup dan menumbuhkan pemikiran kritis.

“Melalui acara ini, kami berharap bahwa karya-karya Navis dapat dikenal lebih luas di dunia internasional dan menginspirasi generasi mendatang. Peringatan ini bukan hanya sekadar mengenang, tetapi juga upaya untuk menduniakan sastra Indonesia agar terus relevan di kancah global,” ujar Aminudin, Jumat (15/11/2024).

Bagian penting dari acara ini adalah gelar wicara yang dipandu oleh Romain Bertrand, seorang sejarawan dan pakar Asia Tenggara dari Universitas Science Po, Paris. Bertrand mengawali diskusi dengan memperkenalkan A.A. Navis sebagai figur signifikan dalam sastra Indonesia modern, yang dikenal karena penggambaran kritisnya terhadap masyarakat dan agama melalui cerita-cerita berlatar desa pada tahun 1950-an.

“Navis dengan tajam menyingkap dinamika kehidupan desa dan menyuarakan isu-isu sosial yang relevan hingga kini,” tutur Bertrand.

Suasana diskusi tentang pengaruh karya A.A Navis terhadap sastra Indonesia modern di kantor pusat UNESCO, Paris, Prancis, Kamis (14/11/2024). (Foto: Badan Bahasa Kemendikdasmen)

Sebagai pembicara dalam gelar wicara ini, Hilmar Farid, sejarawan dan budayawan Indonesia, dan penulis Ayu Utami turut menyampaikan pandangannya mengenai pergeseran perspektif dalam sastra Indonesia dari tema pedesaan ke perkotaan. Mereka mencatat bahwa sastra Indonesia kini lebih banyak mengeksplorasi kehidupan urban dengan tema-tema yang mencerminkan perubahan sosial yang lebih luas, serta mencerminkan keberagaman suara dan perspektif.

“Ada pergeseran cerita tentang kehidupan desa ke kehidupan kota yang lebih kompleks, hal itu menunjukkan bagaimana sastra kita berkembang seiring dengan perubahan masyarakat,” ungkap Ayu Utami.

Selain itu, dalam paparannya Hilmar Farid membahas tren sastra Indonesia yang kini semakin terhubung dengan isu-isu global, meningkatnya keragaman latar belakang penulis, dan semakin eratnya hubungan antar-seniman di negara-negara selatan. Namun, di tengah keterkaitan dengan isu-isu global, menurutnya para penulis Indonesia harus tetap mempertahankan fokus pada kehidupan lokal.

“Sastra Indonesia kini tak hanya berbicara pada lingkup nasional, tetapi juga menjadi bagian dari percakapan global, terutama melalui isu-isu yang relevan dengan masyarakat Global South,” tambah Hilmar Farid.

Diskusi ini membahas arah perkembangan sastra Indonesia serta peran karya Navis sebagai inspirasi bagi generasi penulis saat ini. Acara ini menjadi bukti bahwa sastra Indonesia, melalui karya-karya seperti Navis, tidak hanya relevan bagi pembaca Indonesia, tetapi juga mampu menyampaikan perspektif yang unik dan menarik bagi audiens internasional.

Peringatan Kelahiran A.A. Navis di Universitas La Rochelle

 

Peserta diskusi tentang pengaruh karya A.A Navis terhadap sastra Indonesia modern di kantor pusat UNESCO, Paris, Prancis, Kamis (14/11/2024). (Foto: Badan Bahasa Kemendikdasmen)

Pada 14 November 2024, rangkaian peringatan disinergikan dengan Pekan Indonesia di Universitas La Rochelle dan dihadiri sekitar 200 mahasiswa dan tamu undangan. Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Andorra, Monako, dan UNESCO, H.E. Mohamad Oemar, memberikan kuliah umum tentang perkembangan Indonesia masa kini dan visi ke depan, termasuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Dalam kesempatan tersebut, Oemar memberikan wawasan mendalam tentang perkembangan Indonesia dan peran penting sastra dalam menyuarakan identitas bangsa di tengah perubahan global.

“Indonesia sedang dalam proses perubahan besar dengan pembangunan IKN yang tidak hanya akan menjadi pusat pemerintahan baru, tetapi juga simbol inovasi dan keberlanjutan. Visi kami adalah membangun sebuah kota yang modern namun tetap menjunjung tinggi nilai budaya yang kita warisi dari generasi sebelumnya,” tutur Oemar.

Selanjutnya, acara ini juga menampilkan gelar wicara bertajuk “Modern Indonesia from the Development of Its Literary Thought” dengan menghadirkan sastrawan-sastrawan Indonesia Ayu Utami, Esha Tegar Putra, dan Dhianita Kusuma. Para sastrawan berbagi pandangan mengenai peran sastra sebagai medium untuk menyuarakan isu-isu lokal dan global serta menjaga identitas budaya.

Sebagai penutup, Kepala Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa, Iwa Lukmana, menyampaikan apresiasi tinggi kepada Universitas La Rochelle atas penyelenggaraan kegiatan ini. Ia berharap kolaborasi ini dapat terus berlanjut dan menjadi jembatan untuk memahami satu sama lain.

“Saya sangat berterima kasih kepada Universitas La Rochelle yang telah memberikan ruang bagi sastra Indonesia. Melalui acara seperti ini, kita memperkuat hubungan budaya antara Indonesia dan Prancis, dan menunjukkan bahwa sastra Indonesia memiliki daya tarik universal yang dapat dinikmati oleh masyarakat internasional,” tutup Iwa.

Dengan suksesnya kedua acara ini, rangkaian peringatan 100 tahun A.A. Navis di Prancis tidak hanya menjadi ajang untuk mengapresiasi karya sang maestro sastra Indonesia, A.A. Navis, tetapi juga memperkuat posisi sastra Indonesia dalam percaturan budaya global.

Peringatan ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa karya dan warisan A.A. Navis dapat dikenal dan diapresiasi oleh khalayak internasional, serta sebagai bukti bahwa sastra Indonesia memiliki tempat yang layak di panggung dunia. Kegiatan ini juga merupakan langkah awal penginternasionalan sastra Indonesia.

Propublika.id
Propublika.id
Portal berita dan cerita rintisan yang didirikan di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada 2022. Sesuai namanya, kami berupaya menyajikan informasi relevan bagi publik. Selengkapnya lihat laman Tentang Kami.
Bagikan
Berikan Komentar