• Berita
  • Ancaman Penipuan Digital AI Meningkat, Ini Panduan Deteksinya
Berita

Ancaman Penipuan Digital AI Meningkat, Ini Panduan Deteksinya

Ancaman penipuan digital berbasis AI kian nyata, kenali modusnya agar tak jadi korban.

Tipuan dan manipulasi palsu di layar dalam ilustrasi 3d tangan. (Foto : iStock/Arkadiusz Warguta)

JAKARTA — Pernah menerima video call dari kerabat yang tiba-tiba meminta uang, tapi cara bicaranya terasa janggal? Atau mendapat SMS yang meminta kode OTP? Hati-hati, bisa jadi itu upaya penipuan digital berbasis kecerdasan buatan (AI), seperti deepfake dan account takeover (ATO).

Menanggapi meningkatnya ancaman penipuan digital yang menyasar semua kalangan, VIDA—penyedia layanan identitas digital terkemuka—meluncurkan laman edukatif “Where’s The Fraud Hub”. Platform ini dirancang untuk membantu masyarakat mengenali modus penipuan berbasis AI serta memahami cara mendeteksinya.

“Penipuan berbasis AI bukan lagi bayangan masa depan, melainkan ancaman nyata yang tengah kita hadapi. Edukasi adalah kunci utama memerangi penipuan yang semakin canggih. Melalui Where’s The Fraud Hub, VIDA menyediakan wawasan real-time, analisis tren, dan literasi publik untuk melindungi identitas digital masyarakat,” ujar Niki Luhur, Founder & Group CEO VIDA.

Berdasarkan riset VIDA bertajuk Where’s The Fraud: Protecting Indonesian Businesses from AI-Generated Digital Fraud (2024), sebanyak 97% perusahaan di Indonesia mengalami insiden ATO dalam 12 bulan terakhir, dan 84% di antaranya terkait kerentanan SMS OTP.

Fitur Utama “Where’s The Fraud Hub”

Laman Where’s The Fraud Hub menjadi inisiatif nasional yang menyediakan:

  • White paper, studi kasus, dan data terkini seputar penipuan digital.

  • Panduan praktis mendeteksi penipuan berbasis AI.

  • Video edukasi publik dan PSA yang mudah dipahami.

“Platform ini bukan sekadar kumpulan informasi, tetapi pusat pembelajaran interaktif agar masyarakat memahami dan mengenali berbagai jenis penipuan digital,” tambah Niki.

Program ini mendapat dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), serta tokoh industri.

Direktur Pengawasan Sertifikasi dan Transaksi Elektronik Komdigi RI, Teguh Arifiyadi, mengapresiasi langkah VIDA. Ia menekankan bahwa lebih dari 90% penipuan digital berasal dari social engineering, phishing, dan metode serupa yang mengeksploitasi rendahnya literasi digital korban.

“Serangan bisa datang dari mana saja dan menyasar siapa saja. Perusahaan harus memiliki mitigasi risiko dan sistem backup yang kuat. VIDA, sebagai penyelenggara PSrE, memegang peran penting dalam verifikasi identitas akurat untuk mencegah penipuan digital, terlebih dengan perkembangan AI,” ujar Teguh.

Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang, VIDA terus berinovasi untuk menciptakan ekosistem digital yang aman dan tepercaya di Indonesia.

Baca juga :

Picture of Hutama Ian
Hutama Ian
Jurnalis ProPublika.id. Menulis berbagai hal mengenai kriminal, ekonomi, olahraga, dan lingkungan.
Bagikan
Berikan Komentar