• Berita
  • Mungky dan Dodo, Orangutan Borneo Tinggali Pulau Kelawasan
Berita

Mungky dan Dodo, Orangutan Borneo Tinggali Pulau Kelawasan

Setelah 10 tahun jadi peliharaan ilegal, Mungky dan Dodo ditranslokasi ke PSO Arsari untuk hidup lebih bebas di Pulau Kelawasan.

Mungky dan Dodo kini menjalani hidup baru di Pulau Kelawasan, suaka orangutan di IKN. (Foto : PSO Arsari)

PENAJAM PASER UTARA – Setelah lebih dari satu dekade hidup sebagai satwa peliharaan ilegal, dua orangutan jantan Borneo bernama Mungky dan Dodo akhirnya mendapatkan rumah baru. Keduanya ditranslokasi ke Pusat Suaka Orangutan (PSO) Arsari di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Pemindahan ini menjadi bagian dari kerja sama lintas lembaga untuk menjaga kelestarian orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) yang kini berstatus kritis (critically endangered). Melalui kolaborasi antara Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD), Balai KSDA Kalimantan Timur, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), serta mitra konservasi lain, Mungky dan Dodo bersiap menempati Pulau Kelawasan, pulau suaka orangutan yang sedang disiapkan.

Sejak berdiri pada 2019, PSO Arsari yang dikelola YAD berfokus menyelamatkan orangutan dan satwa liar lain yang tidak mungkin dilepasliarkan ke alam bebas. Lokasinya berada di area HGB PT ITCI Kartika Utama, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.

“Melalui kerja sama tripartit antara Balai KSDA Kaltim, OIKN, dan YAD, kami ingin memberikan kesejahteraan bagi orangutan jantan dewasa, terutama yang tidak bisa kembali ke habitat aslinya,” ujar Wakil Ketua YAD, S. Indrawati Djojohadikusumo dalam siaran persnya.

Indrawati menyebut, translokasi Mungky dan Dodo menjadi bukti kepedulian berbagai pihak—mulai dari lembaga konservasi, pemerintah, hingga perusahaan—yang turut berkontribusi dari sisi dukungan logistik.

Mungky, kini berusia 24 tahun, diselamatkan dari warga di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, pada 2014. Ia dirawat di Sintang Orangutan Center (SOC). “Secara fisik sehat, anatominya lengkap, tidak ada cacat. Hanya saja, karena sudah terlalu lama dipelihara, ia tidak bisa lagi dilepasliarkan,” jelas drh. Vicktor Vernandes, Manajer Program SOC.

Sementara Dodo, yang kini berumur 29 tahun, sebelumnya dipelihara secara ilegal di Bogor dan diselamatkan pada 2008. Ia kemudian dirawat di PPS Cikananga. “Walau sehat secara medis, sejak kecil ia hidup di kandang, sehingga naluri bertahannya rendah. Kami berharap ia bisa lebih sejahtera di pulau suaka,” kata drh. Anatasha Reza Widiantoro dari Cikananga Wildlife Center.

Setelah melalui perjalanan panjang dari pusat rehabilitasi masing-masing, Mungky tiba di PSO Arsari pada Mei 2025, disusul Dodo pada Juli 2025.

Pulau Kelawasan yang terletak di kawasan Ibu Kota Nusantara kini tengah dipersiapkan sebagai habitat semi-liar untuk orangutan yang tak bisa dilepasliarkan. Pulau ini dibuat menyerupai hutan alami agar orangutan tetap dapat berperilaku seperti di alam, meski masih ada intervensi manusia dalam hal pemberian pakan.

“Jika mereka tak bisa kembali ke hutan, setidaknya mereka bisa hidup di habitat alaminya, bukan di dalam kandang. Mereka bisa menikmati sisa hidupnya di hutan Borneo,” kata Ari Wibawanto, Kepala Balai KSDA Kaltim.

Indrawati menambahkan, Pulau Kelawasan nantinya akan dihuni lima orangutan jantan dewasa yang kini berada di PSO Arsari, termasuk Mungky dan Dodo. “Kami berharap mereka bisa lebih bebas dan sejahtera hingga akhir hayatnya,” pungkasnya.

Baca juga :

Picture of Hutama Ian
Hutama Ian
Jurnalis ProPublika.id. Menulis berbagai hal mengenai kriminal, ekonomi, olahraga, dan lingkungan.
Bagikan
Berikan Komentar