SAMARINDA – Pembangunan wahana Waterboom di Pulau Kumala, Tenggarong, Kutai Kartanegara, yang menelan anggaran Rp400 miliar dan ditarget rampung akhir 2025, mendapat sorotan DPRD Kalimantan Timur (Kaltim). Proyek ini bukan hanya digadang sebagai destinasi wisata baru, tetapi juga diharapkan mampu menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekaligus penggerak perekonomian Kukar.
Sekretaris Komisi I DPRD Kaltim, Salehuddin, menyebut pembangunan ini bisa menjadi momentum kebangkitan Pulau Kumala yang selama bertahun-tahun dinilai stagnan. “Memang agak terlambat, tapi ini langkah penting. Jangan sampai hanya menjadi ikon tanpa manfaat ekonomi nyata,” ujarnya.
Menurut Salehuddin, kunci utama kesuksesan Waterboom ada pada pengelolaan yang profesional. Ia menekankan agar pengelolaan tidak sebatas menghadirkan hiburan, melainkan mendorong efek berantai seperti pembukaan lapangan kerja, penguatan UMKM, serta tumbuhnya sektor pendukung seperti transportasi dan jasa.
Selama ini, Pulau Kumala belum memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Kukar. Beberapa rencana kerja sama dengan pihak swasta besar pun gagal terealisasi. “Pengalaman gagal menggandeng Jatim Park harus jadi pelajaran. Sekarang perlu perencanaan matang untuk pengelolaan jangka panjang,” tegasnya.
Selain itu, Salehuddin menyoroti minimnya penerangan di jembatan penghubung menuju Pulau Kumala dan lemahnya aspek keamanan, terutama pada malam hari. “Jika ingin ramai pengunjung, rasa aman dan nyaman harus jadi prioritas,” katanya.
Ia berharap keberadaan Waterboom ke depan mampu membentuk ekosistem pariwisata Kukar yang terintegrasi, dengan menggabungkan potensi alam, budaya, dan ekonomi lokal secara berkesinambungan.
Baca juga :
