GRINDCORE POGO RAWA: 25 TAHUN PERJALANAN EPITAPHPenulis: Rendy Asra dan Sucipto

Penerbit: PT Pro Publika Sejahtera

Cetakan Pertama: Desember 2024

i-viii + 181 halaman, 14,8 x 21 cm

Softcover

Nonfiksi/Musik

***


Dalam kadar tertentu, musik tak melulu perkara teknis mengenai skill, tempo, dan hal sejenisnya. Laiknya band bawah tanah di tempat lain, musik Epitaph (band grindcore Balikpapan) juga bisa dinikmati sebagai sebuah teks dan cerita, baik melalui lirik yang mereka buat atau kisah orang-orang yang ada di dalamnya. Sebagai band dengan usia 25 tahun, hikayat Epitaph bisa menjadi pintu masuk untuk mengenal Kota Balikpapan sejak era 1990-an awal dari sudut pandang anak-anak muda pada masa itu.


Kisahnya akan membawa kita pada orang-orang yang kerap tak tercatat sejarah, tetapi punya peran dalam geliat sejumlah warga Balikpapan. Lewat musik, mereka bereksperimen, berekspresi, bermain, dan berjejaring untuk merayakan kebebasan dan pertemanan.

Dalam banyak hal, musik memang tak mungkin merubah dunia. Namun, ia bisa menjadi semacam penanda zaman di tempat tertentu pada waktu tertentu. Dalam konteks Epitaph, melalui musik yang mereka mainkan dan lirik yang mereka buat, kita bisa melihat ekspresi sekelompok anak muda terhadap Balikpapan, lingkungan tempat tinggalnya yang punya persoalan lingkungan, politik, ekonomi, dan sosialnya sendiri.

Sebagai sebuah kota di Indonesia, suara mereka adalah juga suara Indonesia dari sudut yang jauh dari kekuasaan. Dari sana, kita bisa meresapi apakah yang mereka gelisahkan puluhan tahun lalu melalui lirik dan ekspresi musik masih kita jumpai di kehidupan nyata atau tidak. Jika masih atau memburuk, mungkin ada yang tak beres dengan dunia ini.